Aa Gym: Islam Itu Bukan Teroris
Rabu, 12 Agustus 2015, 15:25 WIB
Edi Yusuf/Republlika

Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) tampil pada acara 'Muhasabah Akhir Tahun Republika' di Masjid Pusdai, Bandung, Senin (31/12) malam
REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pengasuh Ponpes Daaut Tauhid, Gegerkalong, Bandung KH Abdullah Gymnastiar atau Aa Gym pernah mengalami berbagai pengalaman menarik selama beberapa kali menginjakkan kaki di Amerika Serikat.
Menurutnya, ia pernah beberapa kali ke AS, baik ketika masih menuntut ilmu dan telah menjadi dai kondang. Sehingga, ia tak asing pernah mendapati perlakuan yang kurang mengenakkan.
"Islam itu bukan teroris jadi, ya jangan tersinggung," ujarnya saat mengisi diskusi kehidupan Islam di Amerika bertempat di @America, Selasa (12/8).
Lebih lanjut, kata Aa Gym, kalau umat Islam tersinggung itu sama saja menerima Islam sebagai teroris.
Apalagi sebagai muslim, Aa Gym menganjurkan umat Islam untuk tidak mudah terpancing emosi jika dihina."Kalau kita dihina disana ya anggap saja sebagai penggugur dosa," ujarnya.
Apalagi sebagai muslim, Aa Gym menganjurkan umat Islam untuk tidak mudah terpancing emosi jika dihina."Kalau kita dihina disana ya anggap saja sebagai penggugur dosa," ujarnya.
Oleh karena itu, ia mengharapkan umat Islam bisa menjadi rahmat untuk alam semesta.
Selain itu, Aa Gym menceritakan pernah membeli topi koboi khas Amerika. Ketika diundang mengisi ceramah di salah satu masjid di AS, Aa Gym datang dengan bangganya. Tapi sayangnya para pengunjung masjid merasa kaget karena fisik Aa Gym di luar perkiraan mereka.
Selain itu, Aa Gym menceritakan pernah membeli topi koboi khas Amerika. Ketika diundang mengisi ceramah di salah satu masjid di AS, Aa Gym datang dengan bangganya. Tapi sayangnya para pengunjung masjid merasa kaget karena fisik Aa Gym di luar perkiraan mereka.
"Kata yang ikut ceramah mikir kalau saya keliatan tinggi kalau di televisi, tapi pas ketemu langsung ternyata beda," katanya.
Potret Kerukunan Umat Beragama di Jawa Timur
Kerukunan Beragama (Ilustrasi)
REPUBLIKA.CO.ID, oleh Litbang Kementrian Agama RI
Puslitbang Kehidupan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama, pada tahun anggaran 2010 telah melaksanakan kegiatan penelitian Potret Kerukunan Umat Beragama Di Provinsi Jawa Timur. Penelitian ini dipandang penting atas pertimbangan antara lain : 1) Fenomena konflik bernuansa agama di berbagai daerah termasuk Jawa Timur masih acapkali muncul, walaupun eskalasinya relative kecil tidak sampai mengancam keutuhan bangsa; 2) Informasi yang jelas dan obyektif tentang kerukunan umat beragama ini dapat dijadikan tambahan masukan bagi pimpinan Kementerian Agama RI dan pihak terkait lainnya dalam menyusun kebijakan.
Tujuan penelitian ini meliputi sebagai berikut: 1) mengidentifikasi kondisi umum kehidupan sosial keagamaan dan kerukunan; 2) mengidentifikasi kasus keagamaan yang terjadi dan faktor pemicu/penyebabnya; 3) Cara penyelesaian konflik yang dilakukan. Penelitian dilakukan dengan metode kualitatif didukung dengan data kuantitatif. Data dihimpun melalui wawancara dengan para Narasumber, penyebaran kuesioner, penelusuran dan telaah sejumlah literatur serta dokumentasi.
Sasaran lokasi penelitian ini meliputi 12 kabupaten/kota yang mewakili empat kawasan budaya besar dan berpengaruh di Jawa Timur, masing-masing: 1) Kawasan Budaya Mataraman ( Kota Madiun, Kabupaten Ngawi, dan Kabupaten Kediri); 2) Kawasan Budaya Arek (Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo, dan Kota Malang); 3) Kawasan Budaya Madura Kepulauan (Kabupaten Bangkalan dan Kabupaten Sumenep); dan 4) Kawasan Budaya Pandalungan (Kabupaten Pasuruan, Probolinggo, Bondowoso dan Kabupaten Jember).
Tujuan penelitian ini meliputi sebagai berikut: 1) mengidentifikasi kondisi umum kehidupan sosial keagamaan dan kerukunan; 2) mengidentifikasi kasus keagamaan yang terjadi dan faktor pemicu/penyebabnya; 3) Cara penyelesaian konflik yang dilakukan. Penelitian dilakukan dengan metode kualitatif didukung dengan data kuantitatif. Data dihimpun melalui wawancara dengan para Narasumber, penyebaran kuesioner, penelusuran dan telaah sejumlah literatur serta dokumentasi.
Sasaran lokasi penelitian ini meliputi 12 kabupaten/kota yang mewakili empat kawasan budaya besar dan berpengaruh di Jawa Timur, masing-masing: 1) Kawasan Budaya Mataraman ( Kota Madiun, Kabupaten Ngawi, dan Kabupaten Kediri); 2) Kawasan Budaya Arek (Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo, dan Kota Malang); 3) Kawasan Budaya Madura Kepulauan (Kabupaten Bangkalan dan Kabupaten Sumenep); dan 4) Kawasan Budaya Pandalungan (Kabupaten Pasuruan, Probolinggo, Bondowoso dan Kabupaten Jember).
Populasi dalam penelitian ini adalah penduduk dewasa (berusia minimal 17 tahun atau sudah menikah) dan sampel diambil dari 12 Kabupaten/kota. Pemilihan 12 kabupaten/kota dilakukan dengan cara purposive, berdasarkan kultur masyarakat Jawa Timur yang memiliki empat kawasan budaya besar berpengaruh.
Responden diambil sebanyak 100 orang secara acak tiap kabupaten / kota berasal dari dua kecamatan yang memiliki dinamika kerukunan (misalnya pernah terjadi kasus keagamaan). Jumlah sampel seluruhnya adalah 1200 responden. Pengambilan sampel total tersebut juga tetap mempertimbangan tingkat proporsionalitas identitas responden terhadap populasi.
Responden diambil sebanyak 100 orang secara acak tiap kabupaten / kota berasal dari dua kecamatan yang memiliki dinamika kerukunan (misalnya pernah terjadi kasus keagamaan). Jumlah sampel seluruhnya adalah 1200 responden. Pengambilan sampel total tersebut juga tetap mempertimbangan tingkat proporsionalitas identitas responden terhadap populasi.
Lazis Jateng Optimistis Himpun Dana Rp 12 Miliar
wordpress.com
Arab Saudi Kecam "Innocent of Muslims" & Protes Anti-AS
Foto : Warga Mesir serbu Kedubes AS (AP)
DUBAI - Kerajaan Arab Saudi mengecam film SARA
Innocent of Muslims yang menghina Islam yang memicu protes
anti-Amerika Serikat (AS) di Timur Tengah. Meski demikian, negeri
penghasil minyak itu juga mengecam demonstrasi yang berbuntut
penyerangan di Kedubes AS itu.
"Arab Saudi mengutarakan belasungkawanya kepada AS atas jatuhnya korban jiwa di Libya akibat serangan di Konsulat AS," demikian yang dilaporkan media Pemerintah Arab Saudi, seperti dikutip Reuters, Jumat (14/9/2012).
Selain mengutarakan belasungkawanya, Arab Saudi juga menyebut segenap pihak yang menggarap film Innocent of Muslim, tidak bertanggung jawab. Arab Saudi turut mengecam kematian Duta Besar AS untuk Libya Christopher Stevens.
Sejumlah akademisi Arab Saudi juga melakukan hal yang sama. Mereka mendesak proses penyelidikan yang lebih lanjut mengenai identitas sutradara film Innocent of Muslims dan pelaku pembunuhan Stevens.
"Sebagai Muslim, saya mengecam keras serangan terhadap utusan AS karena hal itu tidak mencerminkan prilaku Islami. Islam adalah negara yang damai dan tindak kejahatan itu sangat tidak dibenarkan," ujar salah seorang penulis di Arab Saudi Khaled al-Awadh.
"Secara personal, saya mengira, kekerasan itu tidak berkaitan dengan film yang menghina Nabi Muhammad. Ada sejumlah fraksi di Libya yang mencoba untuk melancarkan serangan teror di saat krisis, guna meraih tujuan politik," imbuhnya.
Al-Awadh tidak menjelaskan secara spesifik motif serangan yang dilakukan kelompok bersenjata itu, penulis itu hanya mengatakan bahwa saat ini perhatian dunia tidak tertuju lagi ke Libya. Al-Awadh menambahkan pula, perhatian dunia lebih tertuju ke insiden Suriah.(AUL)okezone
"Arab Saudi mengutarakan belasungkawanya kepada AS atas jatuhnya korban jiwa di Libya akibat serangan di Konsulat AS," demikian yang dilaporkan media Pemerintah Arab Saudi, seperti dikutip Reuters, Jumat (14/9/2012).
Selain mengutarakan belasungkawanya, Arab Saudi juga menyebut segenap pihak yang menggarap film Innocent of Muslim, tidak bertanggung jawab. Arab Saudi turut mengecam kematian Duta Besar AS untuk Libya Christopher Stevens.
Sejumlah akademisi Arab Saudi juga melakukan hal yang sama. Mereka mendesak proses penyelidikan yang lebih lanjut mengenai identitas sutradara film Innocent of Muslims dan pelaku pembunuhan Stevens.
"Sebagai Muslim, saya mengecam keras serangan terhadap utusan AS karena hal itu tidak mencerminkan prilaku Islami. Islam adalah negara yang damai dan tindak kejahatan itu sangat tidak dibenarkan," ujar salah seorang penulis di Arab Saudi Khaled al-Awadh.
"Secara personal, saya mengira, kekerasan itu tidak berkaitan dengan film yang menghina Nabi Muhammad. Ada sejumlah fraksi di Libya yang mencoba untuk melancarkan serangan teror di saat krisis, guna meraih tujuan politik," imbuhnya.
Al-Awadh tidak menjelaskan secara spesifik motif serangan yang dilakukan kelompok bersenjata itu, penulis itu hanya mengatakan bahwa saat ini perhatian dunia tidak tertuju lagi ke Libya. Al-Awadh menambahkan pula, perhatian dunia lebih tertuju ke insiden Suriah.(AUL)okezone
Aktor Film "Innocent of Muslims" Merasa Dibodohi
Foto : Cindy Lee Garcia (hollywoodreporter)
WASHINGTON - Aktor beserta kru film SARA yang
memicu serangan di kantor misi diplomatik Amerika Serikat (AS) di Libya
dan Mesir, mengaku telah dibodohi oleh sutradara. Mereka mengira, film
yang akan dibintanginya adalah film drama berjudul "Desert Warriors."
Sebanyak 80 orang yang tergabung dalam kru dan aktor mengatakan pada CNN bahwa, mereka sama sekali tidak mendukung film ini. Mereka mengaku sudah disesatkan oleh sang sutradara.
"Kami terkejut dengan penulisan skrip yang berubah secara drastis dan kebohongan yang dikatakan pada kami. Kami sangat sedih akan tragedi yang sudah terjadi," demikian pernyataan para aktor dan kru film itu, seperti dikutip CNN, Kamis (13/9/2012).
Menurut salah satu aktris bernama Cindy Lee Garcia, naskah di film itu berjudul Desert Warriors. Film itu juga menceritakan peristiwa kuno yang terjadi 2 ribu tahun yang lalu. Namun dalam shooting, Muhammad disebut dengan nama "Master George" dan setelah film kontroversial itu diproduksi, pengisi suara mulai memainkan peranannya.
"Tidak ada apapun dalam naskah ini yang menyinggung Muhammad, Muslim, atau apapun. Saat ini, kita semua harus menyaksikan orang yang tewas dan ini menjengkelkan sekali," ujar Garcia.
Sejauh ini, muncul pula nama Sam Bacile yang disebut sebagai sutradara film Innocent of Muslims. Meski demikian, seorang konsultan perfilman Steve Kleins mengatakan, nama Bacile adalah nama samaran. Saat ini, sutradara film kontroversi itu diklaim bersembunyi.
Sutradara itu mendapat dukungan dari Pastor Terry Jones, seorang pemuka agama dari Florida yang pernah membakar kitab suci Al-Quran pada Peringatan Tragedi 9/11. Terry Jones juga mengatakan bahwa sutradara itu tidak akan pernah mengungkapkan identitasnya dan selalu bersembunyi.(AUL)/okezone
Sebanyak 80 orang yang tergabung dalam kru dan aktor mengatakan pada CNN bahwa, mereka sama sekali tidak mendukung film ini. Mereka mengaku sudah disesatkan oleh sang sutradara.
"Kami terkejut dengan penulisan skrip yang berubah secara drastis dan kebohongan yang dikatakan pada kami. Kami sangat sedih akan tragedi yang sudah terjadi," demikian pernyataan para aktor dan kru film itu, seperti dikutip CNN, Kamis (13/9/2012).
Menurut salah satu aktris bernama Cindy Lee Garcia, naskah di film itu berjudul Desert Warriors. Film itu juga menceritakan peristiwa kuno yang terjadi 2 ribu tahun yang lalu. Namun dalam shooting, Muhammad disebut dengan nama "Master George" dan setelah film kontroversial itu diproduksi, pengisi suara mulai memainkan peranannya.
"Tidak ada apapun dalam naskah ini yang menyinggung Muhammad, Muslim, atau apapun. Saat ini, kita semua harus menyaksikan orang yang tewas dan ini menjengkelkan sekali," ujar Garcia.
Sejauh ini, muncul pula nama Sam Bacile yang disebut sebagai sutradara film Innocent of Muslims. Meski demikian, seorang konsultan perfilman Steve Kleins mengatakan, nama Bacile adalah nama samaran. Saat ini, sutradara film kontroversi itu diklaim bersembunyi.
Sutradara itu mendapat dukungan dari Pastor Terry Jones, seorang pemuka agama dari Florida yang pernah membakar kitab suci Al-Quran pada Peringatan Tragedi 9/11. Terry Jones juga mengatakan bahwa sutradara itu tidak akan pernah mengungkapkan identitasnya dan selalu bersembunyi.(AUL)/okezone
Israel dan AS Incar Sumber Migas Iran?
Kamis, 09 Agustus 2012
Minyak Iran/ilustrasi
Dalam analisis yang ditulis oleh Pep Escobar itu disebutkan,
berbagai laporan Badan Energi Atom Internasional, National
IntelligenceEstimates (NIEs) di Amerika Serikat, dan bahkan dari
lembaga-lembaga intelijen Israel, semuanya dengan gamblang menyebutkan
bahwa Iran tidak memiliki program nuklir militer. Rusia yang memiliki
ratusan teknisian di Iran juga sudah berulangkali menegaskan hal
tersebut.
Namun di sisi lain, Israel sebagai kekuatan nuklir militer nyata di kawasan, tidak pernah terjamah oleh Traktat Non-Proliferasi Nuklir (NPT). Sementara Iran adalah anggota NPT.
Pada saat yang sama, Amerika Serikat bersama dengan Israel selalu melancarkan operasi-operasi rahasia anti-Iran, mereka juga senantiasa mengancam akan menyerang Tehran. Dengan demikian, sebenarnya dalam kasus ini siapa yang mengancam dan yang terancam?
Penulis menegaskan bahwa Israel terus berusaha "mencuci otak" opini publik Amerika Serikat. Menurutnya, masalah ini sangat sederhana. Tidak ada program nuklir militer di Iran. Republik Islam bukan ancaman.
Justru di sinilah masalah intinya, Israel berpendapat bahwa Iran jangan sampai masuk dalam wilayah "kekebalan" yaitu wilayah di mana negara lain sudah tidak dapat lagi menekan, memaksa, mengancam, atau menyerang Republik Islam Iran.
Ini merupakan sebuah kenyataan bahwa Iran telah mengambil langkah-langkah melebihi tugas dan kewajibannya dalam NPT dengan mengijinkan tim inspeksi IAEA selama bertahun-tahun untuk meninjau berbagai situs di Iran.
Dari sisi strategi dan menyusul pertimbangan permainan besar baru di Asia Tengah, program nuklir Iran untuk saat ini merupakan satu-satunya alasan yang dapat mereka manfaatkan untuk sekarang ini. Barat menginginkan seluruh minyak dan gas di Teluk Persia dan Laut Kaspia.
Asia Times menurunkan analisis terbaru dan
menyatakan bahwa represi Barat dan Israel terhadap program nuklir Iran
adalah alasan bagi mereka agar suatu hari kelak mereka dapat menguasai
sumber-sumber minyak dan gas di Teluk Persia dan Laut Kaspia.(republika)Namun di sisi lain, Israel sebagai kekuatan nuklir militer nyata di kawasan, tidak pernah terjamah oleh Traktat Non-Proliferasi Nuklir (NPT). Sementara Iran adalah anggota NPT.
Pada saat yang sama, Amerika Serikat bersama dengan Israel selalu melancarkan operasi-operasi rahasia anti-Iran, mereka juga senantiasa mengancam akan menyerang Tehran. Dengan demikian, sebenarnya dalam kasus ini siapa yang mengancam dan yang terancam?
Penulis menegaskan bahwa Israel terus berusaha "mencuci otak" opini publik Amerika Serikat. Menurutnya, masalah ini sangat sederhana. Tidak ada program nuklir militer di Iran. Republik Islam bukan ancaman.
Justru di sinilah masalah intinya, Israel berpendapat bahwa Iran jangan sampai masuk dalam wilayah "kekebalan" yaitu wilayah di mana negara lain sudah tidak dapat lagi menekan, memaksa, mengancam, atau menyerang Republik Islam Iran.
Ini merupakan sebuah kenyataan bahwa Iran telah mengambil langkah-langkah melebihi tugas dan kewajibannya dalam NPT dengan mengijinkan tim inspeksi IAEA selama bertahun-tahun untuk meninjau berbagai situs di Iran.
Dari sisi strategi dan menyusul pertimbangan permainan besar baru di Asia Tengah, program nuklir Iran untuk saat ini merupakan satu-satunya alasan yang dapat mereka manfaatkan untuk sekarang ini. Barat menginginkan seluruh minyak dan gas di Teluk Persia dan Laut Kaspia.
Hasyim Muzadi: Saya Belum Menemukan Negara Muslim yang Setoleran Indonesia
Jakarta
Mantan Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi menyayangkan
tuduhan intoleransi agama di Indonesia. Dia bahkan belum menemukan
negara muslim mana pun yang setoleran Indonesia.
Statemen Hasyim itu hari ini beredar luas lewat blackberry messanger. Hasyim yang dikonfirmasi detikcom, Sabtu (2/6/2012) membenarkan bahwa itu pernyataannya yang dia ucapkan saat menghadiri diskusi Peran Tokoh Islam dalam Perumusan Pancasila di gedung PP Muhammadiyah, Jl Menteng Raya, Jakarta Pusat, Jumat (1/6) malam. Kegiatan ini dihadiri sejumlah tokoh seperti Amien Rais dan Jimly Asshiddiqie.
"Selaku Presiden World Conference on Religions for Peace (WCRP) dan Sekjen International Conference of Islamic Scholars (ICIS), saya sangat menyayangkan tuduhan intoleransi agama di Indonesia. Pembahasan di forum dunia itu, pasti karena laporan dari dalam negeri Indonesia. Selama berkeliling dunia, saya belum menemukan negara muslim mana pun yang setoleran Indonesia," ujarnya.
Hasyim menyatakan, kalau yang dipakai ukuran adalah masalah Ahmadiyah, memang karena Ahmadiyah menyimpang dari pokok ajaran Islam, namun selalu menggunakan stempel Islam dan berorientasi politik Barat. "Seandainya Ahmadiyah merupakan agama tersendiri, pasti tidak dipersoalkan oleh umat Islam," katanya.
"Kalau yang jadi ukuran adalah GKI Yasmin Bogor, saya berkali-kali ke sana, namun tampaknya mereka tidak ingin selesai. Mereka lebih senang Yasmin menjadi masalah nasional dan dunia untuk kepentingan lain daripada masalahnya selesai," imbuhnya.
Kalau ukurannya pendirian gereja, kata Hasyim, faktornya adalah lingkungan. Di Jawa pendirian gereja sulit, tapi di Kupang (Batuplat) pendirian masjid juga sangat sulit. Belum lagi pendirian masjid di Papua. "ICIS selalu melakukan mediasi," katanya.
"Kalau ukurannya Lady Gaga dan Irshad Manji, bangsa mana yang ingin tata nilainya dirusak, kecuali mereka yang ingin menjual bangsanya sendiri untuk kebanggaan intelektualisme kosong? Kalau ukurannya HAM, lalu di Papua kenapa TNI/Polri/imam masjid berguguran tidak ada yang bicara HAM?" ujarnya.
Hasyim menilai, Indonesia lebih baik toleransinya dari Swiss yang sampai sekarang tidak memperbolehkan menara masjid, lebih baik dari Perancis yang masih mempersoalkan jilbab, lebih baik dari Denmark, Swedia dan Norwegia, yang tidak menghormati agama karena di sana ada UU Perkawiman Sejenis. "Agama mana yang memperkenankan perkawinan sejenis?" tanyanya
"Akhirnya kembali kepada bangsa Indonesia, kaum muslimin sendiri yang harus sadar dan tegas, membedakan mana HAM yang benar (humanisme) dan mana yang sekadar Westernisme," kata Hasyim.
detik news.com
(nrl/nik)
Statemen Hasyim itu hari ini beredar luas lewat blackberry messanger. Hasyim yang dikonfirmasi detikcom, Sabtu (2/6/2012) membenarkan bahwa itu pernyataannya yang dia ucapkan saat menghadiri diskusi Peran Tokoh Islam dalam Perumusan Pancasila di gedung PP Muhammadiyah, Jl Menteng Raya, Jakarta Pusat, Jumat (1/6) malam. Kegiatan ini dihadiri sejumlah tokoh seperti Amien Rais dan Jimly Asshiddiqie.
"Selaku Presiden World Conference on Religions for Peace (WCRP) dan Sekjen International Conference of Islamic Scholars (ICIS), saya sangat menyayangkan tuduhan intoleransi agama di Indonesia. Pembahasan di forum dunia itu, pasti karena laporan dari dalam negeri Indonesia. Selama berkeliling dunia, saya belum menemukan negara muslim mana pun yang setoleran Indonesia," ujarnya.
Hasyim menyatakan, kalau yang dipakai ukuran adalah masalah Ahmadiyah, memang karena Ahmadiyah menyimpang dari pokok ajaran Islam, namun selalu menggunakan stempel Islam dan berorientasi politik Barat. "Seandainya Ahmadiyah merupakan agama tersendiri, pasti tidak dipersoalkan oleh umat Islam," katanya.
"Kalau yang jadi ukuran adalah GKI Yasmin Bogor, saya berkali-kali ke sana, namun tampaknya mereka tidak ingin selesai. Mereka lebih senang Yasmin menjadi masalah nasional dan dunia untuk kepentingan lain daripada masalahnya selesai," imbuhnya.
Kalau ukurannya pendirian gereja, kata Hasyim, faktornya adalah lingkungan. Di Jawa pendirian gereja sulit, tapi di Kupang (Batuplat) pendirian masjid juga sangat sulit. Belum lagi pendirian masjid di Papua. "ICIS selalu melakukan mediasi," katanya.
"Kalau ukurannya Lady Gaga dan Irshad Manji, bangsa mana yang ingin tata nilainya dirusak, kecuali mereka yang ingin menjual bangsanya sendiri untuk kebanggaan intelektualisme kosong? Kalau ukurannya HAM, lalu di Papua kenapa TNI/Polri/imam masjid berguguran tidak ada yang bicara HAM?" ujarnya.
Hasyim menilai, Indonesia lebih baik toleransinya dari Swiss yang sampai sekarang tidak memperbolehkan menara masjid, lebih baik dari Perancis yang masih mempersoalkan jilbab, lebih baik dari Denmark, Swedia dan Norwegia, yang tidak menghormati agama karena di sana ada UU Perkawiman Sejenis. "Agama mana yang memperkenankan perkawinan sejenis?" tanyanya
"Akhirnya kembali kepada bangsa Indonesia, kaum muslimin sendiri yang harus sadar dan tegas, membedakan mana HAM yang benar (humanisme) dan mana yang sekadar Westernisme," kata Hasyim.
detik news.com
(nrl/nik)































Tidak ada komentar:
Posting Komentar